Suri Tauladan memiliki peran penting dalam kehidupan pribadi dan masyarakat, ia merupakan satu hal mempengaruhi perubahan sosial dan pembangunan masyarakat. Ia juga merupakan faktor yang paling efektif dalam membentuk generasi berilmu dan beradab, dengan membekali mereka tanggung jawab, leadership, jiwa amanah dan memakmurkan bumi. Sedangkan hari ini, kita sangat membutuhkan suri tauladan yang shalih untuk menjadi role model bagi generasi anak-anak muslim, serta menjadi penolong bagi orang-orang yang berkontribusi dalam bidang pendidikan dan pembangunan terutama pendidikan peserta didik pada yayasan pendidikan kita.
Dan sesungguhnya salah satu cara yang paling penting untuk menyampaikan dakwah, menyeru manusia kepada islam, menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya ialah suri tauladan yang baik bagi seorang Da’i, Guru, Pendidik dan Musyrif. Baik itu dari segi perbuatan baiknya, sifat mulianya, akhlak sucinya yang menjadikan ia suri tauladan bagi yang lain. Dan mereka itulah yang menjadi contoh bagi manusia yang ingin mengenal islam secara maknawi sehingga mereka mampu menerima dakwah dan tertarik kepada islam. Karena perbuatan dan perilaku lebih berpengaruh dibandingkan ucapan dan lisan saja.
Islam telah menyebar ke seluruh dunia melalui suri tauladan baik yang ditunjukkan oleh para pemeluk islam pertama kali yang kemudian memotivasi non-muslim untuk memeluk islam. Suri tauladan yang dicontohkan oleh para da’i dalam kesehariannya sesungguhnya merupakan praktik dakwah riil dalam islam, dimana perilaku dan perbuatannya akan diperhatikan oleh non muslim dan orang lain yang berakal sehat dan menyatakan bahwasanya Islam ialah Agama kebenaran yang diturunkan oleh Allah SWT.
Dan apabila orang-orang membutuhkan suri tauladan yang baik, maka hendaklah mereka mencontoh nabi Muhammad SAW yang mana beliau memiliki sifat manusia yang sempurna, sehingga Allah SWT memuji beliau di dalam Al-Qur’an, dan mensucikan akhlaknya, Allah SWT berfirman (Dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad merupakan akhlak yang paling mulia) Al-Qalam : 4, dan Allah juga mensucikan dakwahnya sebagaimana firman-Nya : (Sesungguhnya engkau wahai Muhammad benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan Allah yang milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ketahuilah (bahwa) kepada Allahlah segala urusan kembali!) Surat Asy Syura : 52-53.
Dan ketika kita mencontoh Nabi Muhammad SAW, maka hendaklah kita memperhatikan beberapa hal agar kita mampu meneladani sifatnya, diantaranya :
- Iman kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu mencakup :
Yaitu mempercayainya dengan apa yang ia bawa mencakup syari’ah, aqidah dan akhlak, serta mengenal kepribadian dan akhlak Nabi Muhammad SAW yang terpuji, Allah SWT berfirman : (Maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya, serta Al-Qur’an yang kami turunkan…) At Taghabun : 8.
- Mentaati dan mengikut ajaran Nabi Muhammad SAW :
Ia merupakan ciri-ciri Iman kepada Nabi SAW, dan mentaatinya merupakan wajib menurut Al-Qur’an sebagaimana Allah SWT berfirman : (…. Dan taatilah rasul kamu agar kamu dirahmati-Nya) An-Nur : 56. Allah SWT berfirman : (Berimanlah kalian kepada Allah dan Rasulnya, yaitu Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada Al-Qur’an, ikutilah dia agar kamu mendapatkan petunjuk) Al-A’raf : 158.
- Mencintai dan mengagungkan Nabi Muhammad SAW :
Sesungguhnya cinta kepada Nabi Muhammad SAW serta mengagungkannya merupakan kedudukan yang paling tinggi dari sebuah keimanan dimana hanya seorang mukmin yang mencintai Rasul akan merasakan manisnya Iman, Allah SWT berfirman : (agar kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.) Al-Fath : 9. Dan Firman-Nya : (Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.) Ali Imran : 31. Dan keimanan seseorang tidak akan sempurna sehingga ia mencintai Nabi SAW melebih cinta orangtuanya, anaknya, hartanya atau bahkan dirinya sendiri. Dan ia tidak akan merasakan manisnya iman kecuali ia mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari apapun. Di dalam Hadist disebutkan bahwasanya Umar bin Khattab berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau adalah orang yang paling aku cintai melebihi segala sesuatu kecuali diriku sendiri, Maka Nabi Muhammad SAW bersabda : Tidak, demi jiwaku yang berada di tangan-Nya (Allah) sehingga engkau lebih mencintai aku daripada dirimu sendiri, maka Umar berkata : Maka sekarang –Demi Allah- sungguh Engkau lebih aku cintai, melebihi diriku sendiri.”Maka Nabi pun berkata:”Sekarang wahai Umar (sudah benar) (H.R. Imam Bukhari).
Hatipun menjadi condong kepada sang kasih Muhammad
Demikian aku punya bukti dan petunjuk
Adapun buktinya jika aku sebut Muhammad
Maka air mata pencintanya akan bercucur
Air mata para perindunya pun mengalir
Inilah perkataanku kepadamu wahai manusia yang mulia
Pujianku kepadamu wahai Rasulullah hanyalah sedikit
Wahai Pemilik Dunia dan Akhirat, wahai Pemilik Sang Hidayah
Anak Yatim (Muhammad) dalam lindungan-Mu telah datang
Yaitu Rasulullah, sang penerang hidayah
Yaitu utusan bagi seluruh penjuru Alam.
- Menyebarkan Dakwah Nabi Muhammad SAW :
Apabila kita mengenal Nabi Muhammad SAW, serta mampu mencintainya, menaatinya, dan mengikutinya maka wajiblah bagi kita menyebarkan agamanya dan menghidupkan sunnahnya serta amalan-amalannya Rasulullah SAW serta menolak hal-hal syubhat tentangnya. Ini merupakan salah satu dari mencontoh Nabi SAW. Allah SWT berfirman : (Katakanlah (Nabi Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (seluruh manusia) kepada Allah dengan bukti yang nyata. Mahasuci Allah dan aku tidak termasuk golongan orang-orang musyrik.”) Yusuf : 108
Kawan-kawan tercinta
Seberapa setia kita terhadap Nabi Muhammad SAW ? Sadarilah bahwa kehormatan menjadi milik Nabi yang mulia ini hanya dapat diraih oleh mereka yang menganut pendekatan shalehnya, Allah SWT berfirman : (Jika kamu berpaling (dari jalan yang benar), Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan (durhaka) sepertimu.) Muhammad : 38. Maka seberapa setiakah kita terhadap Nabi Muhammad SAW? Ketika kita meyakini Firman Allah SWT : (Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.) Al-Ahzab : 21. Maka hendakah kita jadikan kepribadiannya yang harum sebagai panduan praktis, suri tauladan, rujukan serta pengikat kita yang mendorong kita untuk dekat kepada Nabi Muhammad SAW. Seberapa setianya kita kepada Nabi SAW? Yaitu ketika kita kembali untuk mengetahui kecintaan dan ketaatannya, buka hanya di mengaku-ngaku saja:
Andaikan cintamu itu sejati kau pasti akan menaatinya
Sesungguhnya seseorang pencinta akan taat kepada yang dicintainya
Maka mencontoh Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah petunjuk dari kebenaran, kehendak untuk memperbaiki diri kita, memperbaharui sejarah dan peradaban kita yang agung, maka berbanggalah kita akan cahaya kenabian Muhammad SAW yang kita petik, untuk membekali diri kita dan menghidupkan hati kita, memperkuat kehendak diri kita, hidayah bagi jalan kita, serta pendidikan bagi anak-anak kita, peserta didik kita dengan senantiasa tegak lurus mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW.
Semoga Allah SWT memberikan kita rezeki untuk mencintai Nabi Muhammad SAW, serta mengikuti sunnahnya, mentaatinya dan menyebarkan ajarannya. Sebagaimana kita kita juga meminta kepada Allah SWT agar merestui dan meridhoi kita ke jalan yang lurus, sesungguhnya Ia Maha Pendengar lagi Maha Penerima Do’a.
Semoga Shalawat selalu tercurah limpahkan kepada nabi kita Muhammad beserta para keluarga dan sahabatnya sekalian.
للقدوة دور مهم في حياة الأفراد والجماعات، وهي أحد المؤثرات المهمة في مسار حياة الناس نحو التغيير والإصلاح، وعنصر فعّال في إعداد الأجيال عبر الأزمان، وتكوينهم تكوينًا علميًا وتربويًا، بما يؤهلهم لتحمل مسؤولية التكليف وأداء أمانة الاستخلاف وعمارة الأرض. ونحن اليوم بحاجة ماسة إلى القُدوة الصالحة؛ لتقتدي بها الأجيال الناشئة من أبناء المسلمين، وتكون عونًا للمشتغلين بالتربية والإصلاح، ولا سيما تجاه الطلاب والطالبات في مؤسساتنا التعليمية.
وإنّ من الوسائل ذات الأهمية القصوى في تبليغ الدّعوة إلى الله، وجذب النّاس إلى الإسلام، وامتثال أوامره واجتناب نواهيه؛ القدوة الطّيّبة للدّاعي والمعلم والمربي والمشرف، وأفعاله الحميدة، وصفاته العالية، وأخلاقه الزّاكية؛ ممّا يجعله أسوة حسنة لغيره، يكون بها نموذجًا يقرأ فيه النّاس معاني الإسلام فيقبلون عليها، وينجذبون إليها؛ لأنّ التّأثّر بالأفعال والسّلوك أبلغ وأكثر من التّأثّر بالكلام فقط.
لقد انتشر الإسلام في الكثير من البلاد؛ بالقدوة الطّيّبة للمسلمين الأوائل، الّتي كانت تحمل غير المسلمين على اعتناق الإسلام، والقدوة الحسنة الّتي يحقّقها الدّاعي والمعلم بسيرته الطّيّبة؛ هي في الحقيقة دعوة عمليّة للإسلام؛ يستدلّ بها سليم الفطرة راجح العقل من غير المسلمين؛ على أنّ الإسلام هو الدين الحقّ المنزل من عند الله تعالى.
وإذا أراد الناس قدوة؛ فعليهم الاقتداء بخير قدوة؛ وهو النبي -صلى الله عليه وسلم-؛ لِما اتصف به من صفات الكمال البشري، حتى أثنى الله تعالى عليه في القرآن الكريم، وزكى أخلاقه -صلى الله عليه وسلم-، فقال تعالى: (وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ) سورة القلم – آية 4، وزكى دعوته -صلى الله عليه وسلم- فقال: (وَإِنَّكَ لَتَهۡدِيٓ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسۡتَقِيمٍ، صِرَٰطِ ٱللَّهِ ٱلَّذِي لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ أَلَآ إِلَى ٱللَّهِ تَصِيرُ ٱلۡأُمُورُ) سورة الشورى – آية 52-53.
ونحن حين نقتدي بالنبي -صلى الله عليه وسلم- فلا بد من عدة أمور حتى تتحقق بها هذه القدوة؛ نذكر منها:
1) الإيمان بالنبي -صلى الله عليه وسلم- ومعرفة شمائله:
أي نصدقه فيما أتى به من شريعة وعقيدة وأخلاق، ونتعرف على شمائله وأخلاقه السامية -صلى الله عليه وسلم- قال تعالى: (فََٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلنُّورِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلۡنَاۚ…) سورة التغابن – آية 8.
2) طاعته واتباعه -صلى الله عليه وسلم-:
وهي علامة صدق الإيمان به -صلى الله عليه وسلم-، وطاعته واجبة بالقرآن؛ حيث قال تعالى: (… وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ) سورة النور – آية 56، وقال تعالى: (… فََٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِ ٱلنَّبِيِّ ٱلۡأُمِّيِّ ٱلَّذِي يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَكَلِمَٰتِهِۦ وَٱتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ) سورة الأعراف – آية 158.
3) محبته وتعظيمه -صلى الله عليه وسلم-:
إن محبة النبي -صلى الله عليه وسلم- وتعظيمه لمرتبة عليا من الإيمان، ويذوق بها المؤمن المحب حلاوة الإيمان، قال تعالى: (لِّتُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُۚ وَتُسَبِّحُوهُ بُكۡرَةً وَأَصِيلًا) سورة الفتح – آية 9، وقال سبحانه: (قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ) سورة آل عمران – آية 31، وإيمان المرء لن يكتمل حتى يكون النبي -صلى الله عليه وسلم- أحب إليه من والده وولده ونفسه وماله، ولا يذوق حلاوة الإيمان إلا أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما؛ وفي الحديث أن عُمَرَ بنِ الخَطَّابِ، قال: يا رَسولَ اللَّهِ، لَأَنْتَ أحَبُّ إلَيَّ مِن كُلِّ شَيْءٍ إلَّا مِن نَفْسِي، فَقالَ النَّبيُّ -صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ-: لَا، والَّذي نَفْسِي بيَدِهِ، حتَّى أكُونَ أحَبَّ إلَيْكَ مِن نَفْسِكَ، فَقالَ له عُمَرُ: فإنَّه الآنَ، واللَّهِ، لَأَنْتَ أحَبُّ إلَيَّ مِن نَفْسِي، فَقالَ النَّبيُّ -صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ-: الآنَ يا عُمَرُ (صحيح الإمام البخاري).
كلُّ القُلوبِ إلىَ الحبيبِ تَمِيْــــــــــــلُ وَمعَيِ بِهذَا شَاهدٌ وَدَلِيـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــلُ
أَمَّا الدَّلِيِلُ إذَا ذَكرتَ محمــــــــــدًا فَتَرَى دُمُوعَ العَارِفِيْنَ تسيــــــــــــــــــــــــــــــلُ
هَذَا مَقَالِيِ فِيْكَ يَا شَرَفَ الْوَرَى وَمَدّحِي فِيْكَ يَا رسُولَ اللهِ قَلِيْلُ
يَا سَيِّدَ الكَوْنينِ يَا عَلمَ الهُـــــــــــــدَى هَذَا المُتيَمُ فيِ حِماكَ نَزِيــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــلُ
هَذَا رَسَولُ اللهِ نِبْرَاسَ الهُــــــــــــــــــــدَى هذَا لكلِّ العالمينَ رَسُــــــــــــــــــــــــــــــــــــولُ
4) النصيحة له ونشر دعوته -صلى الله عليه وسلم-:
فإذا عرفنا النبي -صلى الله عليه وسلم-، وتحققت محبته، وتمت طاعته واتباعه، لزم علينا نشر دينه وإحياء سنته، ونصرته -صلى الله عليه وسلم-، ورد الشبهات عنه. وهذا من تمام الاقتداء به -صلى الله عليه وسلم- قال تعالى: (قُلۡ هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ) سورة يوسف – آية 108.
الأخوة الأحباب ..
كم سنكون أوفياء ومقتدين بالنبي -صلى الله عليه وسلم-؟ إذا أدركنا أن شرف الانتساب لهذا النبي الكريم، لا يحوزه إلا مَن التزم بنهجه القويم، قال تعالى: (… وَإِن تَتَوَلَّوۡاْ يَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ ثُمَّ لَا يَكُونُوٓاْ أَمۡثَٰلَكُم) سورة محمد – آية 38، وكم سنكون أوفياء ومقتدين بالنبي -صلى الله عليه وسلم-؟ عندما نحقق قوله تعالى: (لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيراً) سورة الأحزاب – آية 21، في أنفسنا خلقًا وتأسيًا؛ باتباع هديه وسنته؛ لنجعل من سيرته العطرة دليلًا عمليًا ونموذجَ سلوكٍ ومرجعًا ورباطًا قويًا يشدنا ويدفعنا إليه -صلى الله عليه وسلم-، وكم سنكون أوفياء ومقتدين بالنبي -صلى الله عليه وسلم-؟ إذا رجعنا إلى أنفسنا لنعلم مدى محبته وطاعته، وأنها ليست مجرد ادعاء:
لو كان حبُّك صادقًا لأطعته إنَّ المحبَّ لمن يحبُ مُطيعُ فالاقتداء بالنبي -صلى الله عليه وسلم- إنما هو برهان صدق، وعنوان إرادة؛ لإصلاح أنفسنا وتهذيبها، وتجديد بناء تاريخنا وحضارتنا الشامخة، فما أحرانا أن نقتبس من نور نبوته؛ لنتزود بها لإحياء قلوبنا، وتجديد إيماننا، وتقوية عزائمنا، وهداية طريقنا، وتربية أبنائنا وبناتنا الطلاب والطالبات على منهاج سيد الأولين والآخرين.
نسأل الله تعالى أن يرزقنا محبته -صلى الله عليه وسلم- واتباعه وطاعته ونصرته ونشر هديه، كما نسأله تعالى أن يوفقنا لما يحب ويرضى، إنه سميع مجيب.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.