Budaya 22 : Prinsip Kepemimpinan

Telah kita bahas pada risalah sebelumnya tentang landasan dasar kepemimpinan di “Rahma International Society”. Kita juga tegaskan pada risalah tersebut bahwa adanya landasan dasar kepemimpinan pada suatu institusi tidak menganulir karakteristik personal. Karena keberagaman karakteristik personal merupakan fitrah, keniscayaan, dan suatu hal positif. Bahkan berperan penting dalam meningkatkan gairah kinerja dan fleksibilitas pada institusi. Namun keberagaman ini juga tidak meniadakan pentingnya pedoman yang mapan dalam praktik kepemimpinan yang menjadi aturan dasar yang mengatur sikap dan perilaku kepemimpinan.

Dan pada saat ini pun kita dapat mengatakan dengan percaya diri bahwa lembaga “Rahma International Society” memiliki prinsip kepemimpinan yang jelas. Prinsip kepemimpinan yang berasal dari nilai-nilai agama Islam, yang dirumuskan bersandarkan  metodologi ilmiah serta pengalaman gemilang. Dan kami melalui risalah ini ingin menjelaskan prinisp kepemimpinan tersebut dengan harapan dapat dipahami dan diaktualisasikan oleh setiap individu yang berada di lembaga “Rahma International Society”. Karena pemahaman yang kuat tentang prinisp ini menajdi jaminan – dengan hidayah Allah – untuk mewujudkan prinsip kelembagaan, memperkuat struktur internal dan meningkatkan kinerja dan pencapaian demi mencapai visi misi lembaga.

Prinsip Kepemimpinan di Rahma International Society :

  1. Selalu mengedepankan ketentuan Syari’at

Ia merupakan prinisp yang paling penting dan utama yang harus dipegang, Syari’at merupakan aturan dan ketentuan yang mengatur semua aktifiktas kita, landasan dasar berbagai perilaku kita, dan mewujudkan tujuan-tujuan syari’at merupakan tujuan utama kita. Maka komitmen dan kepatuhan terhadap aturan dan hukum syari’at merupakan acuan kita dalam pengambilan keputusan. Tidak diperkenankan seseorangpun – meski memiliki kedudukan yang tinggi – untuk mengambil keputusan yang melanggar aturan dan hukum syari’at. Atau tindakan yang melanggar fatwa dari dewan fatwa. Dan kita harus mengupayakan setiap aktifitas di berbagai bidang sesuai dengan aturan syari’at tersebut.

 

  1. Musyawarah dan Kerjasama

Prinsip musyawarah dan Kerjasama adalah kelanjutan dari prinsip sebelumnya. Prinisp ini berpijak pada firman Allah SWT : “sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.” (Asy-Syura : 38). Juga berpijak pada Sirah Rasulullah SAW dalam sabdanya ketika meminta pendapat para sahabat R.A. : “kemukakanlah pendapat kalian kepadaku” (H.R. Bukhari : 4178). Maka, lembaga kita tidak mengenal slogan “Ketua memerintahkan dan anggota cukup menaatinya”! Tetapi bermusyawarah dan berdiskusi, guna memperkokoh rasa tanggung jawab, memetangkan ide dan pemikiran, memperkuat loyalitas terhadap lembaga. Hal ini terefleksi dalam penyusunan peraturan dan tata tertib, perencanaan program-program kegiatan  strategis, penetapan keputusan serta pengukuhan berbagai kebijakan kolektif dari berbagai unsur lembaga dalam rapat kerja.

  1. Jabatan adalah tugas dan tanggung jawab

Hal ini didasarkan pada sabda Nabi SAW : “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya (H.R. Bukhari). Meskipun tanggung jawab tersebut terbagi sesuai dengan spesialisasi dan posisi dalam pekerjaan, maka setiap individu dalam lembaga bertanggung jawab sesuai dengan bidang pekerjaannya. Ia memiliki tanggung jawab yang sama besarnya dengan hak dan kewajibannya. Memporkokoh rasa tanggung jawab pada setiap individu di lembaga merupakan kewajiban pemimpin. Agar kinerja dan produktifitas setiap individu lahir dari rasa tanggung jawab yang kuat. Pengokohan rasa tanggung jawab ini sangat bergantung pada kemampuan pemimpin dalam menerapkan prinsip musyawarah sesuai wewenangnya.

  1. Kepemimpinan tidak hanya sistem dan struktur semata namun juga budaya dan perilaku.

Kepemimpinan bukan hanya tentang rancangan, kebijakan, aturan dan sistem yang mengendalikan perilaku serta sikap kepemimpinan. Karena sesungguhnya struktur serta sistem tidak akan efektif, jika tidak dimulai dari budaya dan keyakinan yang kokoh, yang tidak hanya sekedar prosedural, yang menjauhi subjektivitas serta mempraktikkan prinsip kelembagaan sebagai budaya kepemimpinan dan berkomitmen tinggi menerapkannya sehingga menjadi perilaku spontan yang dimiliki oleh semua individu.

  1. Kerjasama dan keterbukaan adalah pilar utama sistem dan efektifitasnya

Sesungguhnya hubungan yang berdiri di atas pondasi yang kokoh antar individu di dalam lembaga, terutama dengan para pimpinan, merupakan energi yang paling efektif di dalam meningkatkan produktifiktas kinerja dan pencapaian. Sedangkan kerjasama merupakan nilai yang paling berharga, yang berkontribusi dalam menyiapkan lingkungan lembaga yang sehat untuk saling berkomunikasi antar individu dan pegawai. Dan lembaga kita terlindung dari birokrasi buruk yang menghalangi efektifitas kerja. Dan bukanlah langkah yang benar jika seseorang berusaha membebankan kesalahan kepada orang lain atau memblow-up kesalahan orang lain untuk melindungi diri atau divisinya.

  1. Kepemimpinan bukanlah kekuasaan tetapi pengayoman

Salah satu ciri kepemimpinan ialah pengayoman. Ia merupakan sebuah proses untuk membantu lahirnya generasi pelanjut sesuai dengan kerangka kelembagaan – seperti yang telah disebutkan dalam risalah sebelumnya – yang dilandaskan rasa hormat dan apresiasi, kasih sayang yang tulus, selalu mengedepankan dialog, menerima keberagaman, membuka cakrawala inovasi serta kreatifitas dan berusaha mengembangkan seluruh kemampuan dan keterampilan. Karena sesungguhnya kepemimpinan itu ialah daya motivasi dan semangat serta kepercayaaan diri yang bersifat timbal balik, bukan hanya sekedar perintah yang absolut serta respons secara spontan tanpa kesadaran.

Demikianlah kepemimpinan yang kita harapkan di setiap level kepemimpinan dalam lembaga kita. Inilah prinsip utama kita yang disarikan dari ajaran agama serta didasarkan pada metodologi ilmiah dan pengalaman.

Semoga Allah selalu meridhai kita di dalam kebaikan…

تناولنا بالحديث -في الرسالة السابقة- المنهجية القيادية المتَّبعة في “الرحمة العالمية، والسلوك القيادي السائد فيها، وأشرنا إلى أنه لا يلزم من وجود منهجية قيادية لدى المؤسسة انعدام الفروق الشخصية لدى أفراد القيادة فيها، وأن التنوُّع أمرٌ حتمي وفطري، بل محمود ومندوب؛ وله دور أساسي في تعزيز الحيوية والمرونة في المؤسسة، لكن هذا التنوع لا ينافي ضرورة وجود معالم راسخة في الممارسة القيادية تنطلق منها، تكون بمثابة القواعد الأساسية والضوابط الحاكمة التي تؤطِّر السلوك القيادي.

ونحن اليوم نستطيع أن نقول وبثقة كبيرة: إننا نمتلك معالم واضحة لمنهجيتنا القيادية في “الرحمة العالمية”، وهي معالم منبثقة من ديننا الحنيف، ومستندة إلى المنهجيات العلمية والممارسات الرشيدة، وأخصِّص هذه الرسالة لعرضها وبيانها، راجيًا التأمل فيها، والعمل على ترسيخها لدى كل فرد من أفراد المؤسسة؛ لأن هذا الرسوخ هو الضمان -بعد توفيق الله تعالى- لتحقيق المؤسسية التي نطمح إليها، وتقوية البناء الداخلي، وتميز الأداء والإنجازات، وتحقيق رؤية المؤسسة ورسالتها.

معالم القيادة والسلوك القيادي لدينا:

الميزان الشرعي في المقدمة دائمًا:

وهو أهم المعالم وأولاها بالالتزام، فشرعنا الحكيم هو القاعدة الكلية الحاكمة لجميع أعمالنا، والمنطلق الرئيسي في مختلف أنواع سلوكنا، وتحقيق مقاصده هو غايتنا الكبرى، ولذلك فإن الانضباط بالقواعد والأحكام الشرعية هو ميزان قراراتنا التنفيذية، ولا يجوز مطلقًا أن يتخذ أحد -مهما كان منصبه القيادي- قرارًا يخالف الشرع الحكيم وأحكامه، أو إجراءً يخالف فيه إفتاءً شرعيًّا من لجنتنا الشرعية، ويجب أن تكون اجتهاداتنا في مختلف المجالات منضبطة بذلك.

الشورى والعمل بروح الفريق:

ويمثِّل امتدادًا للمَعْلم السابق، فهو استهداء بهَدْي القرآن الكريم في قوله تعالى: ﴿وَأَمْرُهُمْ شُورى بَيْنَهُمْ﴾ [الشورى: 38]، وبسيرة المصطفى صلى الله عليه وسلم في قوله طالبًا رأي أصحابه رضي الله عنهم: “أشِيرُوا أيُّها النَّاسُ عَلَيَّ” [صحيح البخاري: 4178]، فمؤسستنا ليست “رئيس يأمر ومرؤوسون يطيعون”! بل تشاور وتحاور، يعزّز الشعور بالمسؤولية، ويُنضج الرأي، ويرسِّخ الولاء والانتماء للمؤسسة، ويتضح ذلك في إعداد اللوائح والنظم، وإعداد الخطط الاستراتيجية والتشغيلية، وصناعة القرارات، واعتماد القرارات الجماعية من مختلف المستويات الإدارية من خلال الاجتماعات وورش العمل.

الموقع القيادي وظيفة والمسؤولية عامَّة:

مصداقًا لقوله صلى الله عليه وسلم: “كُلُّكُمْ راعٍ وكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عن رَعِيَّتِهِ” [صحيح البخاري: 5200]، فبالرغم من أن المسؤولية تتوزَّع بالأساس وفق الاختصاص والموقع الوظيفي، إلا أن كل فرد من أفراد المؤسسة هو مسؤول في نطاق عمله، لديه من المسؤولية بقدر ما عليه من الواجبات والحقوق، كما أن تعزيز الشعور بالمسؤولية لدى جميع الأفراد هو واجب على كل قيادي؛ ليكون أداء الجميع نابعًا من ذلك الشعور، ونجاح هذا التعزيز قرين بقدرات كل قيادي على ممارسة الشورى ضمن نطاق مسؤوليته.

القيادة ثقافة وممارسة كما هي أنظمة وهياكل:

فالقيادة لا تكون فقط بوجود الأدلة والسياسات والإجراءات والأنظمة التي تضبط السلوك القيادي والفردي، إذ إن الهياكل والأنظمة لن تحققَ فاعليتها إذا لم تنطلق من ثقافة وقناعة راسخة، تتجاوز المظاهر الشكلية، والالتزام الظاهري باللوائح، إلى نبذ الفردية والذاتية، وممارسة المؤسسية كثقافة قيادية من حيث الالتزام بمقتضياتها ومتطلباتها وأنظمتها؛ لتكون سلوكًا تلقائيًّا لدى الجميع.

التعاون والانفتاح رديفٌ للأنظمة ومعينٌ على فاعليتها:

إن العلاقات التي تقوم على أسس متينة بين أفراد المؤسسة -وخصوصًا مع القياديين- هي الوقود الأكثر فاعلية واستدامة في الأداء والإنجاز، والتعاون قيمة جوهرية لدينا، تُسهم في توفير البيئة المؤسسية المناسبة للتواصل بين الوحدات والعاملين، وتحمي مؤسستنا من البيروقراطية المعيقة لانسيابية العمل وفاعليته، وليس موفقًا من يسعى لتحميل غيره الأخطاء، أو يدندن بسلبيات الآخرين ليبرأ نفسه أو وحدته.

القيادة لا تعني السُّلطة بل الاستيعاب:

من أهم معالم القيادة لدينا الاستيعاب والاحتواء، وهو المسار الذي يجب أن يساعد -كما أشرنا في الرسالة السابقة- على تأهيل الجيل الثاني من القيادات ضمن الإطار المؤسسي، القائم على الاحترام والتقدير، والمودَّة الصادقة، والإنصات، وتعزيز الحوار، وتقبُّل التنوع، وفتح آفاق الابتكار والإبداع، والسعي لاستثمار جميع القدرات والمهارات وتنميتها، فالقيادة لدينا محفِّزة، ومشجِّعة، والثقة فيها متبادلة: منها، ولها، بعيدًا عن الأوامر المطلقة المباشرة، والاستجابة التلقائية غير الواعية.

وتلك هي القيادة التي نريدها في مؤسستنا على كافة المستويات، وتلك هي معالمها الرئيسية الناصعة، منبثقة من ديننا الحنيف، ومستندة إلى المنهجيات العلمية والممارسات الرشيدة.

وفقنا الله وإياكم لكل خير،،،

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *