Budaya 21 : Makna Kepemimpinan; Kekuatan, Tanggung Jawab dan Amanah

Sesungguhnya metodologi kepemimpinan pada setiap institusi pendidikan, dan perilaku kepemimpinan yang berlaku di tiap individu maupun institusi : mewakili salah satu karakteristik yang paling menonjol serta dianggap salah satu aset kelembagaan yang tidak berwujud yang berkontribusi dengan tegas dalam menentukan tujuan dan kepentingannya. Ia merupakan perilaku yang unik yang menjadikannya berbeda dengan institusi pendidikan yang lainnya seperti : Visi Misi, Tujuan, Nilai-nilai, Strategi-strategi dan sandaran intelektualnya serta identitas pemasarannya dan berbagai unsur lainnya dari aset institusi.

Maka dari itu ketika suatu institusi pendidikan manapun tidak memiliki ciri kepemimpinan yang jelas, maka ia akan menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda dan saling bertentangan dengan pengertian kepemimpinan pada umumnya. Dan institusi itupun akan terjangkit krisis kepemimpinan karena tidak mampu menerapkan visi misinya, dan anggota di dalamnya pun seakan-akan kehilangan arah. Cepat atau lambat, hal ini tentu akan berdampak negatif bagi kemajuan dan kemampuan institusi tersebut dalam mencapai tujuannya. Allah telah mengarahkan Nabi kita Muhammad SAW untuk mengikuti petunjuk dari nabi-nabi terdahulu, Allah SWT berfirman : “Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” Q.S. Al-Anám : 9. Hal ini demi menjaga stabilitas dan keberhasilan metodologi dan kesadaran akan pentingnya hal tersebut.

Dan tentu saja keberadaan metodologi kepemimpinan yang menjadi ciri institusi pendidikan tidak berarti bahwa tidak ada perbedaan kepemimpinan antara pemegang struktural tinggi dan pengawas. Karena keberagaman merupakan suatu hal yang bersifat fitrah dan tidak dapat dihindari, bahkan ia merupakan hal yang terpuji dan disunnahkan. Ia juga memiliki peran penting dalam meningkatkan gairah kinerja dan fleksibilitas pada institusi. Tetapi, yang kami maksud dalam kepemimpinan ini ialah adanya tolak ukur yang paten dalam praktik kepemimpinan. Ia berfungsi sebagai aturan dasar dan pemegang kendali dalam mengatur perilaku kepemimpinan, yang akan membekas dari hari ke hari sehingga menjadi norma dan budaya yang dipraktikkan dan diwariskan pada setiap individu dalam institusi tersebut. Dan ketika norma itu dilanggar, ia akan terdengar layaknya suara lonceng yang terdengar ke setiap individu.

Dan pada institusi kita ini – Rahma International Society – dapat kita katakan : sesungguhnya praktik kepemimpinan kita sudah jauh membekas – segala puji bagi Allah – dalam realitas pekerjaan kita. Karena kepemimpinan ini sudah menjadi bagian dalam perilaku kita, dalam diskusi dan percakapan kita, dalam praktik kehidupan kita, dalam pergaulan kita pada lingkup : Internal dan Eksternal. Dan pada peraturan dan tata tertib serta disiplin juga program-program sebelum ditetapkan dan dilaksanakan. Juga dalam kehidupan kita sehari-hari ketika membuat ketetapan dan mengambil keputusan untuk jangka waktu yang panjang. Khususnya ketika masa krisis dan sulit yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan kita.

Kepemimpinan yang sesuai dengan metodologi kita :

Adapun metodologi kepemimpinan yang kita miliki ialah : Pengarahan kompetensi dan kecakapan sumber daya manusia, guna mencapai tujuan dengan berlandaskan pada misi dan mewujudkan visi serta dalam kerangka pembangunan perilaku dan nilai-nilai islam yang terdiri dari : pengasuhan, persaudaraan, parenting, cinta dan kasih sayang. Serta bermusyawarah dengan prinsip yang jelas, kerjasama serta kelembagaan merupakan bagian dari metodologi yang kukuh sebagai jalan untuk melaksanakannya. Dan hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang menjelaskan tentang sifat Nabi SAW : “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal” Q.S. Ali Imran : 159. Dan kepemimpinan pada institusi kita – sesuai dengan metodologi di atas – membutuhkan : kekuatan dan kepatuhan pada tujuannya dalam pengembangan misi  demi tercapainya visi, serta amanah dalam melaksanakan hak dan kewajiban. tanggung jawab, kepedulian serta ketulusan dalam pengorbanan, pemberian yang berkelanjutan, dan suri tauladan dalam menggambarkan nilai-nilai yang dirancang oleh institusi.

Dan pemahaman kepemimpinan dalam metodologi kita ini tidak terlepas dari : Pembekalan kepemimpinan untuk generasi selanjutnya, memastikan pendidikan kepemimpinan berasaskan perilaku dan kesadaran, serta mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki serta memperkuat aspek pelaksanaan tersebut dengan memperbanyak praktik. Serta pembelajaran melalui pengalaman nyata yang telah dilalui sehingga individu yang ada pada institusi tersebut tidak menjadi beban baginya, atau menunggu untuk diperintah, melainkan ia memiliki kesadaran sendiri.

Oleh karena itu, meyakini metodologi kepemimpinan dari agama kita yang lurus serta praktik kepemimpinan yang global akan mewariskan generasi yang mampu melanjutkan institusi pendidikan ini – Insya Allah – demi memajukan misinya dan mencapai visinya serta menggapai tujuan utamanya dengan sebaik-baiknya. Dan untuk mencapai tujuan yang paling utama yaitu Ridha Allah SWT dan meraih surga-Nya

Semoga Allah selalu meridhai kita dalam kebaikan.

إنَّ المنهجيَّة القياديَّة المتَّبعة في أيِّ مؤسسة، والسلوك القيادي السائد فيها على المستويين الفردي والمؤسسي : يمثلان أحد أبرز سماتها الخاصة الفريدة، ويُعدَّان ضمن أصولها المؤسسية غير المادية، التي تسهم بشكل حاسم في تحديد جوهرها وماهيتها، وتمنحها خصوصيتها وتفرِّدها، وتفرِّق بينها وبين غيرها من المؤسسات: تماماً كرؤيتها، ورساتها، وغايتها، وقيمها، واستراتيجياتها، ومرجعيتها الفكرية، وهويتها الإعلامية.. وغيرها من الأصول المؤسسية.

ويترتَّب على ذلك أن المؤسسة – أي مؤسسة – حين تفتقد المنهجية القيادية الواضحة والفريدة، فتقوم قيادتها بممارسة ألوان متباينة ومتضاربة من الأنماط القيادية : فإنها ستعاني – حتماً – من اضطرابٍ في رؤيتها وأدائها، وتشتُّتٍ وفقدٍ للبوصلة لدى عموم أفرادها، بما ينعكس سلباً على مسيرتها وقدرتها على تحقيق أهدافها إن عاجلاً أو آجلاً، وقد أرشد ربُّنا – جلاَّ وعلا – نبيَّنا ﷺ في القرآن الكريم فأمره باتباع هَدْي من سَبَقَه من الأنبياء : فقال تعالى : ﴿اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰىهُمُ اقْتَدِهْۗ ﴾ الأنعام : 90   وذلك حرصًا على رسوخ المنهجية وثباتها، وإشعارًا بأهميتها وضرورة وضوحها.

وبالطبع لايلزم من وجود منهجية قيادية فريدة وواضحة لدى المؤسسة انعدام الفروق الشخصية لدى أفراد القيادة العاليا والإشرافية فيها، فالتنوُّع أمرٌ حتمي وفطري، بل هو أمر محمود ومندوب : وله دور أساسي في تعزيز الحيوية والمرونة في المؤسسة، لكنَّنا نعني بالمنهجية القيادية : وجود معالم راسخة في الممارسة القيادية، تكون بمثابة القواعد الأساسية، والضوابط الحاكمة التي تحيط بالسلوك القيادي،تترسخ يومًا بعد يومٍ، فتصبح أعرافًا وعادات يتمُّ ممارستها وتوارثها بين أفراد المؤسسة، وعند مخالفتها يسمع لتلك المخالفة رنينًا كرنين الجرس داخل المؤسسة بين جميع أفرادها.

وفي مؤسساتنا المباركة – الرحمة العالمية – يمكننا القول : إنَّ منهجيَّتنا القيادية قد ترسخت اليوم – ولله الحمد والمنّة – في واقعنا العملي إلى حدٍّ بعيد، بحيث أنّها قد صارت جزءًا من سلوكنا القيادي، وبالحوار والنقاش، والمعايشة والممارسة، والتعامل اليومي مع مستجدات البيئتين : الداخلية والخارجية، ومدارسة اللوائح والنظم والخطط قبل إقرارها واعتمادها، والمعايشة اليومية لعمليات صنع القرار واتخاذه على مدى سنوات عديدة، وخصوصًا خلال أوقات المشكلات والأزمات التي ترسِّخ السلوك القيادي.

القيادة وفق منهجيتنا القيادية :

والقيادة لدينا – في إطار تلك المنهجية القياديَّة الراسخة – تعني : توجيه للطاقات والإمكانات البشرية المادية : لتحقيق الأهداف، في ظلٍّ التزام بالرسالة، وحرص على تحقيق الرؤية، وفي إطار بنَّاءِ خُلقيٍّ وقِيَمٍ إسلاميٍّ قوامه : الرعاية، والأخوة، والأبوة، والتواد، والتراحم، مع الأخذ بالشورى مبدأ راسخاً، والعمل الجماعي منهجًا ثابتًا، والمؤسسية سبيلاً عملياً، ومصداقًا لقوله تعالى في وصف نبيه الكريم ﷺ : ﴿ فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ ١٥٩ ﴾ آل عمران : 159 والقيادة لدينا – وفق تلك المنهجية القيادية – تستلزم : القوة والأخذ بأسبابها في النهوض برسالة المؤسسة وتحقيق رؤيتها، والأمانة في طلب الحقوق وأداء الواجبات، وتحمُّل المسؤولية، وحمل الهمِّ، وصدق التحضية، والعطاء المتواصل، والقدوة الحسنة في تجسيد القيم التي ترتكز عليها المؤسسة.

ولايخرج عن مفهوم القيادة – في منهجيتنا القيادية – أيضًا : العمل على تأهيل الجيل الثاني من القيادات الفاعلة، والحرص على تربية قيادات ذاتية الوعي والسلوك، وتطوير المهارات والقدرات الفطرية لديهم، وتعزيز الجوانب التنفيذي من خلال الممارسة، والتعلم بالتجربة الواقعية والميدانية، حتى لايكون الأفراد عبئًا على قيادة المؤسسى، أو مجبولين على انتظار الأوامر، بل تكون لديهم الفاعلية الذاتية.

وهكذا، بالإيمان بتلك المنهجية القيادية المنبثقة من ديننا الحنيف، والمستندة إلى المنهجيات العالمية والممارسات الرشيدة، وتوارثها جيلاً بعد جيل : تستمر مؤسسة المباركة – إن شاء الله – في النهوض برسالتها، وتحقيق رؤيتها، وإنجاز غايتها وأهدافها بإحسان وعلى الوجه الأكمل، لبلوغ الغاية الكبرى وهي رضا الله سبحانه وتعالى، والفوز بجنته.

وفَّقنا الله وإياكم لكلِّ خير،،،

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *